ELANG DAN MATAHARI
Rp. 33,000
| : Deny Sofyan | |
| : 978-602-7692-78-7 | |
| : AG LITERA | |
| : 2013 | |
| : ELANG DAN MATAHARI | |
| : 144 |
Langkahnya berirama satu nada di atas birama bernama cantik suara mayor. Namanya Gempita Cahaya Hati. Senada anak seperti biasi di usia ABG yang meretas jalur serba biru, memasuki ruang dan waktu yang rentan.
Putri, demikian Gempita Cahaya Hati dipanggil keluarga dan teman-temannya. Putri menari diterpa angin, bernyanyi di lentera pagi yang membingkai langkahnya menuju sekolah, menjajaki titah kodrat. Berbekal setengah getir bunga hidup dan keceriaan yang polos di tangan kanannya yang membawa sekantong plastik kue. Putri menjual kue buatan ibunya yang dijajakan pada saat istirahat atau sepulang sekolah. Putri berjuang dalam dua sisi saling menanti hadirnya. Sekolah dan berjualan kue. Matahari membalut lukanya, bermandikan jiwa agar matang menimang jiwanya, menghijau, dan hatinya mampu menghadapi rentan serta gelombang angin agar tetap tegar dalam sendirinya.
Ia berharap pelangi luruh tiap sore menemaninya untuk merenangi senja. Ia pulang lebih lambat ke rumah setiap hari untuk mengejar sisa dagangannya demi biaya sekolah. Putri penuh senyum walau hatinya menebar duka orangtuanya—yang sebenarnya cukup untuk membiayai tiga kakak laki-lakinya dan dirinya. Tapi, Putri yang imut, hitam manis, dan periang−−dipersiapkan untuk menjadi pejuang. Berjuang yang bukan hanya menjadi warisan—yangdiperuntukkan bagi wanita berkebaya yang berjuang, melainkan gadis muda bernama Putri yang lebih suka berhijab pelindung. Ia kadang nyaris malu, multi ABG, sungkan dengan keberadaannya yang mesti berjualan. Lebih dari itu, Putri adalah anak angkat kedua orangtua yang selama ini merawatnya.
